Peta Konvensional buatan anak negeri (foto: Aditya/Okezone)
Badan Informasi Geospasial (BIG) memamerkan teknologi foto matrix untuk menciptakan peta tiga dimensi (3D) pada pameran RITech Expo 2013 dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), Jumat (30/8/2013), di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Jika peta konvensional menggunakan warna yang berbeda untuk menggambarkan tinggi rendahnya suatu daratan, peta ini menggambarkannya dengan tinggi rendah yang nyata seperti sedang melihat pemandangan secara langsung.
Bagi pengunjung yang datang ke stan BIG bisa menjajal keaslian foto udara kawah Tangkuban Perahu menggunakan kacamata tiga dimensi (3D). Dalam sekejap, foto kawah yang tadinya memiliki garis-garis hampir tak beraturan berubah seperti pandangan mata seseorang yang melihat Tangkuban Perahu dari helikopter.
Seperti dikatakan Tama, fotografer BIG yang menggunakan teknologi foto matrix, untuk menciptakan foto 3D diperlukan kamera matrix yang dapat merekam ketinggian kontur tanah melalui garis x, y, dan z.
Foto matrix berbeda dengan Google Map yang dicitrakan melalui kamera dari satelit. Untuk membuat peta 3D digunakan kamera matrix yang difoto menggunakan pesawat pada ketinggian 2600 meter di atas tanah.
Kehebatan kamera matrix ini berada pada resolusi yang sangat tinggi. Bayangkan, resolusinya bisa mencapai 16 cm per piksel. Yang artinya dari tiap piksel yang ada pada sebuah foto matrix mewakili 16 cm gambaran asli.
"Jika kita memperbesar gambar di Google Map, di atap rumah saja sudah kelihatan pecah. Dengan foto matrix ini sebuah motor bisa terlihat jelas, bahkan jalur got pun bisa kelihatan," jelas Tama.
Tujuan utama dari pemetaan tiga dimensi ini, lanjut Tama, digunakan oleh berbagai pihak yang memerlukan seperti militer, penelitian, atau badan perhutanan. Hingga saat ini BIP sudah membuat peta 3D skala 5.000 di seluruh wilayah Bandung Utara. Sedangkan untuk skala 10.000 sudah melingkupi Kota Palu, Bengkulu, Bandung, dan lain lagi.
Jika peta konvensional menggunakan warna yang berbeda untuk menggambarkan tinggi rendahnya suatu daratan, peta ini menggambarkannya dengan tinggi rendah yang nyata seperti sedang melihat pemandangan secara langsung.
Bagi pengunjung yang datang ke stan BIG bisa menjajal keaslian foto udara kawah Tangkuban Perahu menggunakan kacamata tiga dimensi (3D). Dalam sekejap, foto kawah yang tadinya memiliki garis-garis hampir tak beraturan berubah seperti pandangan mata seseorang yang melihat Tangkuban Perahu dari helikopter.
Seperti dikatakan Tama, fotografer BIG yang menggunakan teknologi foto matrix, untuk menciptakan foto 3D diperlukan kamera matrix yang dapat merekam ketinggian kontur tanah melalui garis x, y, dan z.
Foto matrix berbeda dengan Google Map yang dicitrakan melalui kamera dari satelit. Untuk membuat peta 3D digunakan kamera matrix yang difoto menggunakan pesawat pada ketinggian 2600 meter di atas tanah.
Kehebatan kamera matrix ini berada pada resolusi yang sangat tinggi. Bayangkan, resolusinya bisa mencapai 16 cm per piksel. Yang artinya dari tiap piksel yang ada pada sebuah foto matrix mewakili 16 cm gambaran asli.
"Jika kita memperbesar gambar di Google Map, di atap rumah saja sudah kelihatan pecah. Dengan foto matrix ini sebuah motor bisa terlihat jelas, bahkan jalur got pun bisa kelihatan," jelas Tama.
Tujuan utama dari pemetaan tiga dimensi ini, lanjut Tama, digunakan oleh berbagai pihak yang memerlukan seperti militer, penelitian, atau badan perhutanan. Hingga saat ini BIP sudah membuat peta 3D skala 5.000 di seluruh wilayah Bandung Utara. Sedangkan untuk skala 10.000 sudah melingkupi Kota Palu, Bengkulu, Bandung, dan lain lagi.